Info Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 9 No. 4, Desember Tahun 2009 (Rak 7-M : Kehutanan) ABSTRAK : Sekitar 95% penduduk Desa Buluagung, Kabupaten Banyuwangi memperoleh kayu bakar dari dalam kawasan hutan, hal ini menjadi tekanan bagi kelestarian sumberdaya hutan. Dari konsultasi ke KPH Banyuwangi Selatan dan Desa Buluagung selama 4 hari, ditambah referensi, dianalisis menggunakan Content Analysis dan Analisis Biaya-Manfaat, diperoleh hasil sebagai berikut. Demplot Desa Mandiri Energi (DME) memiliki kapasitas 250 liter biofuel, membutuhkan bahan baku 750 kg biji per proses (3 hari) atau 14 ha tanaman nyamplung. Harga pokok penjualan biofuel Rp. 3.717/liter, bila harga jualnya Rp. 4.000 s/d Rp 4.300/liter, maka harga biji nyamplung di kawasan hutan Rp 95 s/d Rp 195 per kg atau 2,5 % s/d 4% dari harga pokok penjualan biofuel. Kontribusi ekonomi biji nyamplung biji nyamlung kepada KPH Banyuawangi Selatan berkisar Rp. 912.000 s/d Rp 1.872.000 per ha per tahun. Produksi biofuel baru memenuhi 17% dari kebutuhan penduduk akan minyak tanah dan solar. Tanaman nyamplung disarankan dibangun pada lahan desa/bengkok, lahan pekarangan/tegalan milik masyarakat, dan terus jalan-jalan desa. Mekanisme pasokan biji nyamplung dari kawasan hutan KPH Banyuwangi Selatan kepada Demplot DME disarankan dilakukan dengan cara membuat perjanjian kerjasama baru antara KPH Banyuwangi Selatan dengan LMDH Sumber Makmur.